Cari Blog Ini
Translate
Kamis, 07 Maret 2013
Jumat, 10 Agustus 2012
Kamis, 09 Agustus 2012
Selasa, 07 Agustus 2012
Rabu, 19 Agustus 2009
Pekanbaru 09.32 BBWI tgl, 24 Mei 2009
Created by : M. Imron
Manusia yang sempurna dalam melihat segala sesuatu adalah dengan tidak mengandalkan matanya saja untuk menangkap sebuah realitas, tetapi juga ditunjang oleh penglihatan hati nuraninya melalui proses berfikir atau berdzikir menurut konsep pemikiran islam. Segala sesuatu yang kita lihat secara realitas dengan berulang-rulang maka oleh pikiran akan dibentuk menjadi sebuah sikap/prilaku yang akhirnya menjadi sebuah realitas kebenaran pemikirannya. Kebenaran realitas seperti inilah yang menjadi senjata “skills supreme intelligency” yaitu ketrampilan kecerdasan tertinggi.
Setiap manusia dilahirkan akan menjadi sang leader, leader yang hebat selalu dimulai dari menata pribadinya (personal leadership) dengan proses berfikir secara team serta melihat “what we think about” untuk mengendalikan kebiasaan-kebiasaan prilaku sex, nafsu, perasaan, ego, amarah dan unsur-unsur jiwa lainnya dibawah komando pikiran dan menjadikan pikiran “bethink”.
Berfikir /merubah pikiran untuk mengembalikan simpul-simpul berfikir agar setiap orang melepas kebenaran realitas di otak kepalanya dengan kebenaran realitas yang sudah di upgrade. Proses ini harus dilakukan seterusnya sehingga menjadi sebuah proses berfikir yang dinamis “let them do all the thinking”. Proses merubah pikiran tidak cukup hanya sekedar “change the reality” tetapi wajib merubah kebenaran-kebenaran didalam pikiran kita yang sudah menjadi “the perception of that reality”menjadi kebenaran yang mampu membunuh kebenaran-kebenaran universal lainnya hingga menuju sebuah kebenaran mutlak yaitu kebenaran yang diperoleh dari proses realitas pemikiran Allah.
Dengan meningkatkan keberanian berfikir dalam rangka menciptakan ketrampilan berfikir untuk menghasilkan pemikiran yang luar biasa. Maka kita akan mampu melakukan sebuah gerakan revolusioner berfikir untuk mengubah segala sesuatu dengan cepat dan instan. Sehingga tidak ada lagi yang namanya sebuah realitas dan persepsi berjalan sendiri-sendiri, karena keduanya akan dapat diintegrasikan oleh sang pemikir revolusioner.
Berani untuk berubah merupakan kebenaran yang tercipta dari proses berfikir yang dinamis. Berfikir yang bagus merupakan “bethink inventing the future” yaitu merubah pikiran dengan menciptakan masa depan tanpa meninggalkan “constantly improve the procces” proses sehari-hari untuk memelihara dan memperbaiki dari kebenaran untuk berani berubah. Proses berubah adalah titik awal dari unsur terciptanya kebahagiaan, dimana pada saat pikiran sedang berproses disertai hadirnya hati nurani sebagai penasehat dan penyeimbang dari hasil pemikiran. Maka secara spontanitas titik-titik awal kebahagiaan mulai timbul.
Memang benar kebahagiaan itu timbul pada saat kita menerima hadiah, ujian lulus, dapat uang banyak, dapat sanjungan, pujian, menikmati pemandangan indah,menyelesaikan masalah, dan lainnya. Kebahagian yang timbul karena faktor ekxtern bersifat temporery, artinya disini dipengaruhi oleh masa inkubasi dan kadaluarsa. Sehingga apabila kondisi dan situasi berubah maka hilang dan berubahlah kebahagiaan itu menjadi kesedihan. Kebahagiaan seperti ini adalah kebahagiaan rasa saja, bukan merupakan kebahagiaan tobe continue yang dihasilkan kolaborasi pikiran dan hati nurani. Hakekat kebahagiaan itu adalah proses kemampuan pikiran untuk kerja sama dengan hati nurani dalam memimpin perasaan untuk dikendalikan agar tidak menguasai jiwa manusia hingga perasaan bergerak menjadi kebahagiaan.
Perasaan pada hakekatnya bersifat mirip dengan nafsu birahi, dimana keduanya dapat bergerak dan mengalir keseluruh jiwa mempengaruhi panca indra.Akhirnya alat panca indra yang sudah terpengaruh oleh perasaan akan terbawa pada situasi dan kondisi tertentu, yang disesuaikan faktor lingkungan realitas yang ada. Maka timbul sebuah perasaan bahagia, sedih, duka, nestapa,curiga dan sebagainya.
Nafsu birahi pada hakekatnya bersifat menyerang /agresif dengan gerakan yang lebih cepat daripada perasaan yang cenderung lamban setelah menerima rangsangan dari panca indra. Pergerakan nafsu birahi dalam mempengaruhi jiwa hingga menembus panca indra bergerak secara refleks dan cepat hingga pada titik klimaks. Pada situasi seperti ini pikiran dan hati nurani tidak dapat berbuat banyak, karena simpul-simpulnya telah dikendalikan oleh nafsu birahi. Begitu liar dan ganas effek yang timbul, seperti amarah, memaki-maki orang, menghardik, menghina, melecehkan, bahkan hingga ke tindakan kriminalitas seperti membunuh dan memperkosa.
Tetapi pergerakan nafsu birahi akan lebih indah dan nikmat sekali apabila dalam proses mempengaruhi jiwa terlebih dahulu dikendalikan oleh pikiran dan hati nurani. Sehingga pikiran sebelum mengintruksikan kepada nafsu birahai untuk bergerak, pikiran telah mendapatkan sebuah record dari kebenaran realitas yang dialaminya. Seperti liarnya nafsu birahi yang diberikan oleh pikiran pada seseorang yang telah melakukan hubungan pernikahan. Maka pikiran akan tenang membiarkan nafsu birahi menguasai jiwa hingga pada endingnya sebuah klimaks yang sangat luar biasa. Disinilah salah satu bukti kebahagian yang timbul dari proses nafsu birahi yang terkendali oleh pikiran.
Belenggu-belenggu jiwa yang tidak teratasi serta menguasai seluruh unsur jiwa maka akan penuh penderitaan jiwa tersebut. Belenggu jiwa yang sudah menguasai effek kepribadian secara langsung dapat mempengaruhi jasmani dan rohani kita. Dampak yang timbul tidak normalisasinya peredaran darah di beberapa bagian tubuh kita. Dalam qurun waktu tertentu belenggu jiwa ini seiiring dengan proses metabolisma tubuh yaitu pengaruh makanan dan minuman dapat menyumbat peredaran darah hingga timbullah berapa effek penyakit tertentu. Proses sakitnya jasmani akan mempengaruhi pergerakan proses rohani. Apabila ini terjadi terus menerus secara bertahun-tahun sering timbul tenggelam belenggu jiwa mempengaruhi jasmani dan rohani maka timbullah kerapuhan tulang dan kulit. Kita dapat simpulkan ini yang disebut sebagai proses penuaan usia hingga akhirnya manusia dapat meninggal dunia.
Disisi lain dampak belenggu jiwa yang menguasai seluruh kepribadian menembus kesegenap panca indra akan memiliki effek pada gerakan dan perbuatan tertentu. Proses ini juga dapat menimbulkan manusia meniggal dunia karena faktor belenggu jiwa mempengaruhi proses gerakan dan tindakan. Misalnya seseorang sedang menyetir kendaraan, sementara pada beberapa menit kemudian belenggu jiwa menguasai panca indra, maka timbullah sebuah gerakan reflek dalam satu detik. Kondisi ini apabila dalam sebuah kendaraan dapat menyebabkan kecelakaan hingga akhirnya orang tersebut meniggal dunia. Berarti sebuah kebenaran relaitas dalam persepsi berfikir untuk melakukan gerakan perubahan secara konsistensi memang benar adanya dapat menciptakan kebahagiaan dan bahkan berumur panjang.
---------------Ekplorasi Pikiranku-------------------
Langganan:
Postingan (Atom)